dakwatuna.com - Pasca Pemilu 2009 lalu, sebagai bagian dari tugas staf media Bidang Kewanitaan DPP PKS 2005 – 2010, saya sempat mewawancarai Alm. Ustadzah Yoyoh Yusroh tentang pengalamannya menjadi Caleg. Berikut tulisan yang dibuat berdasarkan wawancara dan laporan singkat tertulis beliau terkait kegiatan kampanyenya. Semoga memberi manfaat kepada kita yang ditinggalkan. Mengambil ibrah (pelajaran) darinya. Insya Allah, Aamiin Ya Rabbal ‘alamin
Saya sangat meyakini bahwa pencalegan saya kembali adalah “proyek Allah”, dengan demikian Allah tidak akan tinggal diam dan akan memberikan pertolongan. Hal ini saya rasakan selama proses kampanye lalu. Walaupun pada awal diamanahi menjadi caleg DPR RI untuk Dapil Kota dan Kabupaten Tangerang atau Banten 3, saya merasa belum optimal melakukan kampanye, karena tugas-tugas di DPR masih berlangsung dan harus diselesaikan. Namun, Alhamdulillah, kunjungan dan kampanye ke dapil tetap bisa saya lakukan, apalagi pada saat reses. Kadangkala dalam satu hari ada 10 titik kegiatan yang harus saya datangi. Selama kampanye, total ada sekitar 200 titik yang saya kunjungi, dari mulai pertemuan majelis taklim, peringatan hari besar (maulid Nabi, misalnya), sampai pada pertemuan keluarga besar.
Untuk melakukan sosialisasi, saya membuat program pelayanan dan antar jemput orang sakit dan antar jemput jenazah secara gratis atau hanya mengganti uang bensin saja, dengan menggunakan ambulans yang dipinjami oleh kader dan dilengkapi foto saya, logo, dan atribut partai di badan ambulans tersebut. Program tersebut, alhamdulillah cukup efektif. Tanpa kehadiran saya masyarakat bisa langsung merasakan dan menikmati fasilitas. Sehingga menimbulkan kesan mendalam di hati mereka. Program itu saya lanjutkan hingga akhir kampanye.
Banyak pengalaman berkesan yang saya dapatkan. Misalnya, ketika bertemu dengan rakyat miskin yang anaknya banyak menderita gizi buruk, saya melihat di tengah penderitaan dan beban kehidupan yang mereka hadapi mereka tetap tersenyum, ini merupakan kebahagiaan tersendiri. Pernah pula saya datangi suatu tempat di daerah Gunung Kaler, daerah itu ternyata masih menyimpan sisa-sisa peradaban masa silam, yaitu melakukan perdagangan dengan sistem barter. Satu kotak garam ditukarkan dengan satu liter beras. Masya Allah, Gunung Kaler bukan daerah yang terlalu jauh dari ibukota negara, seperti halnya Papua, bukan pula wilayah yang harus ditempuh dengan mengarungi laut dan samudera untuk mencapai pusat peradaban negara, ia adalah wilayah perbatasan antara kota dan kabupaten Tangerang. Mungkin kondisi ini yang menyebabkan daerahnya tidak banyak dijamah oleh pembangunan. Hati saya menjadi terenyuh dan terketuk sehingga saya berpikir menyuarakan perbatasan antara kota dan kabupaten juga harus menjadi agenda penting yang harus diperjuangkan. Setelah pemilu usai, saya kembali datang ke Gunung Kaler, tidak sendirian, tapi saya membawa dokter spesialis kulit dan spesialis anak. Ada kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka ketika saya datang kembali, Alhamdulillah.
Dalam kampanye lalu, saya juga peduli pada lingkungan dan persoalan global warming. Alhamdulillah, ketika ada seseorang yang bersimpati pada saya dan dengan sukarela ingin memberikan bantuan, saya sambut bantuan itu dengan memintanya menyumbang 1000 pohon mangga. Subhanallah, beliau bersedia dan membelikan langsung dari malang dengan ukuran tinggi pohon mangga sekitar 2 meter. Saya pun meminta kepada beliau agar pohon mangga yang diberikan kepada saya adalah pohon mangga yang menghasilkan buah yang terbaik karena saya ingin masyarakat bisa menikmati jerih payah menanam dengan mendapatkan buah yang ranum dan manis. Saya serahkan pohon-pohon itu setiap kali saya berkunjung ke suatu wilayah. Sebagian juga saya serahkan kepada kader-kader perempuan PKS melalui pos Wanita Keadilan untuk diteruskan kepada masyarakat. Alhamdulillah, sambutan masyarakat sangat baik. Saya mendapat kabar, sebulan setelah pohon itu ditanam, pucuk-pucuk bunga mangga sudah mulai tumbuh.
Dalam menentukan cara dan sarana kampanye, bukan saja kesan panjang yang ingin saya capai, tetapi juga manfaat yang lama dirasakan oleh masyarakat menjadi pilihan. Oleh karena itu, berbagai kegiatan saya pilih untuk memberikan dampak 2 hal itu pada masyarakat, termasuk di antaranya adalah memberikan pelatihan keterampilan kecantikan dan perawatan tubuh pada 1000 perempuan dengan maksud memberdayakan mereka, tanpa dipungut bayaran. Kegiatan ini menggunakan cover Yoyoh Yusroh Center di Tangerang bekerjasama dengan Pengurus Kewanitaan DPD Kabupaten dan Kota Tangerang. Saya dibantu oleh ibunda Umi Shabrina yang memang berkecimpung di bidang kecantikan dan perawatan tubuh alami dan dr. Dewi Inong, SpKK dalam melaksanakannya. Pada kegiatan itu pula, disosialisasikan caleg-caleg perempuan PKS lokal.
Berdasarkan proses kampanye 2009, saya mengusulkan agar ketika kader perempuan PKS dicalonkan sebagai anggota legislatif, seharusnya ada sistem yang mem-back-up dirinya, yaitu mengatur jadwal kunjungannya, mengatur makannya, dan menjadi petunjuk jalan untuk sampai di lokasi kampanye. Karena pengalaman saya, begitu padatnya jadwal acara kampanye dengan lokasi yang berpindah-pindah dan tidak selalu di arah yang sama (kadangkala pagi di arah timur, siang di ke arah selatan, sore kembali lagi ke arah timur, dsb) menyebabkan saya harus mengejar waktu agar bisa sampai di tempat tepat waktu. Kondisi itu menyebabkan kebutuhan badan, seperti makan kerap ditinggal dan terlupa untuk dipikirkan. Pernah suatu waktu, saya tidak makan siang dan tidak makan malam hingga jam 23.00. Dengan adanya sistem yang mem-back-up aleg perempuan ini, diharapkan kondisi kesehatan caleg perempuan bisa lebih prima dan pengaturan jadwal kampanye bisa lebih optimal. (or/smn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar