Ingin infak atau sodaqoh dalam pembangunan dan penyelenggaraan kegiatan di Baitussyakuur silakan transfer ke Bank Syariah Mandiri No Rek : 168 701 2244 a/n Iwan Kuswandi
31 Desember, 2009
Pengakuan Kemerdekaan RI - yg pertama dari Palestina
Pengakuan Kemerdekaan RI - yg pertama dari Palestina
--------------------------------------------------------------------------------
Apalah arti proklamasi kemerdekaan suatu negara tanpa pengakuan dari negara lain ... hanya akan dianggap sebagai suatu pemberontakan dan masalah dalam negeri suatu negara ...
Pengakuan kedaulatan RI pertama kali bukanlah dilakukan oleh negara-negara Barat, apalagi Amerika Serikat yang sering mengklaim dirinya sebagai promotor kebebasan dan jaminan hak asasi manusia.
Ketika Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Dunia belum mengakuinya. H. Agus Salim pun menggalang dukungan ke Negara-negara di Timur Tengah. Namun, saat itu belum juga mendapat dukungan yang signifikan. Dan saat itu, Palestina tampil sebagai Negara pertama kali yang mengakuinya.
Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Selain itu, beliau pun mendesak agar Negara-negara Timur Tengah mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga berhasil meyakinkan Mesir dan kemudian diikuti oleh Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, dan Afghanistan
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, di dalam bukunya yang berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1980, hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Syekh Muhammad Amin Al-Husaini secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
“Sebagai contoh, pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.”
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh.
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini adalah seorang ulama yang kharismatik, mujahid, mufti besar Palestina begitu kuat mendukung kemerdekaan Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds, Palestina.
"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!" M. Ali Taher (Pemimpin Palestina).
Suatu hari Muhammad Ali Taher menarik M. Zein Hassan ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (wadah perjuangan diplomasi revolusi kemerdekaan Indonesia di luar negeri) ke Bank Arabia, mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank itu dan kemudian memberikannya kepada ketua Panitia Pusat tanpa meminta tanda bukti penerimaan. (Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar negeri, hal 247)
Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini. Sehingga tidak mengherankan ada suara yang sumir, minor, bahkan sinis ketika ada anak negeri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, membebaskan tanah airnya dan masjid Al-Aqsha dari belenggu penjajah Zionis Israel.
Sumber :
Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1980, diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wapres pertama RI) , M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution
29 Desember, 2009
Kesaksian Ulama Dunia Terhadap Hasan al Banna & Sayyid Qutb
Kesaksian Ulama Dunia Terhadap Hasan al Banna & Sayyid Qutb
« pada: 18 September 2006, 09:29:36 pm »
http://myquran.org/forum/index.php/topic,7677.0.html
(Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)
Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz), Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka -kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.
Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama- ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul musta'an!
Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan, 'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah, paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).
Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?
Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini, berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625, bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..
Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62. catatan kaki. no. 99)
Komentar para ulama yang sezaman dengan tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya, dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris! Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij, teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu), mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat, dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang radikal?
Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949 M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989 M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS (berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk 'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya melihat orang lain dengan kerendahan.
Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:
"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)
Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.
Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc -hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman, sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.
Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah
1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah
Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu ditolak.
Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb) dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20 tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)
2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).
Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)
3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.
Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al Husaini. Ibid, hal. 141-142)
4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.
Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)
5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.
Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu dan tempat yang ditentukan.
Setiap orang yang membaca buku ini dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini." (Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya, kata pengantar)
Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya. Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid, Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib, Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak, yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter) terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)
Sayyid Quthb
Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk 'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan, bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.
Di sini akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah 'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi kekerasan atas nama Islam pada hari ini.
Berikut ini paparan para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita bertanya, ulama mana yang diikutinya?
1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.
Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah, Kuwait.
2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.
Juga anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb -rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.
3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.
Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin. Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.
Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat. Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.
Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah), Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya), Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid (Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb) mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?" (Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)
4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.
Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.
Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal. 326)
Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui seluk beluk bahasa Arab.
Kami tidak tahu, kira-kira apa yang akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya. Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi (persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)
Itu perbandingan dari Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan balita!
Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin, agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.
Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)
5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.
Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.
Kami ringkas ucapan Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling menoniol adalahseorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran Islam dan menyingkapkan ajaran¬ajarannya yang benar dengan jelas dan gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.
Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur ....dst.
Kitab ini terdiri atas delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)
6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait
Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)
Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan. Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.
Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas.
« pada: 18 September 2006, 09:29:36 pm »
http://myquran.org/forum/index.php/topic,7677.0.html
(Farid Nu’man, SS. Dari majalah Tsaqif Edisi 17 dan 18 aug-sep 06)
Mereka sering mengatakan 'Para ulama telah memperingatkan manusia agar hati-hati atas kesesatan tokoh tokoh Ikhwan.' Pertanyaannya, ulama mana yang dimaksud? Kita dapatkan justru Syaikh bin Bazz (mantan Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan ketua Hai'ah Kibaril Ulama), Syaikh al Albany, Syaikh Abdullah bin al Jibrin, Syaikh Shalih al Luhaidan, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Asy Syaikh (saat ini menjadi ketua Hai'ah Kibaril Ulama menggantikan Syaikh bin Bazz), Syaikh Abdullah bin Hasan al Qu'ud, mereka memberikan kesaksian positif terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, sebagaimana yang akan kami beberkan. Mereka -kecuali Syaikh al Albany- adalah Para ulama besar yang berada dalam jajaran Hai'ah Kibaril Ulama (Organisasi Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, yang telah menjadi rujukan mapan kaum salafiyyin.
Biasanya jika di luar kelompok mereka (salafy) mengutip pendapat ulama- ulama salafy masa kini, mereka akan mengatakan, "Ahli bid'ah biasanya mengutip perkataan ulama Ahlus Sunnah yang cocok dengan hawa nafsunya saja." Ini adalah ucapan sinis dan fanatis buta. Siapakah yang melarang-larang manusia mengutip perkataan ulama yang objektif dan jujur? Sayangnya mereka juga melakukan hal yang sama; yakni hanya mengambil ucapan ulama yang sejalan dengan pemikiran mereka saja. Jangan harap anda menemukan mereka mengutip ucapan ulama lain, seperti Al Maududi, Al Banna, Al Qaradhawy, keluarga Quthb, Salman al Audah, Aidh al Qarny, kecuali untuk dicari dan dikoleksi kesalahannya. Allahul musta'an!
Perlu ditegaskan, kata 'mereka' yang kami maksud bukanlah para ulama salafy rabbany yang amat kita cintai dan muliakan, 'mereka' di sini adalah orang yang mengklaim dirinya paling Ahli Sunnah, paling salaf, paling benar, paling cerdas dalam istid/al (pengambilan dalil), dan paling .. paling .... Menurut pengakuannya, mereka adalah penuntut ilmu, bukan ulama. Mereka' pun tidak mewakili semua, sebab masih banyak di antara mereka yang moderat, rendah hati, dan mau berdialog. Seharusnya penuntut ilmu harus menjadi Thalibul Ilmi al Mu'addib (penuntut ilmu yang beradab).
Kembali kepada permaslahan, siapakah ulama yang mereka maksud?
Apakah mereka para mufti ternama yang diakui dunia? Apakah Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly hafizhahullah yang dimaksud? Darinya telah banyak karya untuk meyerang Ikhwan, khususnya Sayyid Quthb. Tentang Syaikh ini, berkatalah Syaikh Abu Bashir at Thurthusy, "Adapun Rabi' bin Nadi al Madkhaly, saya tidak melihatnya dalam barisan para ulama dikarenakan lisannya yang sering kasar terhadap saudaranya ..." ( Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teoris? Siapa Khawarij? , hal. 323. Catatan kaki no. 625, bantahan terhadap buku Mereka Adalah Teroris! ) Syaikh al Qaradhawy sendiri menyebut Syaikh Rabi' sebagai Salafy Jamiyun (beringas)..
Ataukah Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairi, yang dalam bukunya Madarikun Nazhar banyak menyerang Ikhwan, FIS, Muhammad Quthb, Salman al Audah, Safar al Hawaly, Aidh al Qrny, Abdurrahman Abdul Khaliq, dan lain-lain? Syaikh Abu Bashir at Thurthusy dalam salah satu fatwanya menyebutkan bahwa Syaikh Abdul Malik Ramadhan al Jazairy adalah orang yang tidak pernah terdengar namanya dalam jajaran ulama. (Ibid. hal. 62. catatan kaki. no. 99)
Komentar para ulama yang sezaman dengan tokoh-tokoh Ikhwan tersebut tentu lebih layak diikuti dan dipercaya, dibanding komentar orang yang datang setelah zamannya dan tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Komentar penulis buku Mereka Adalah Teroris! Yaitu Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah tentang sesatnya tokoh-tokoh Ikhwan dengan menyebut mereka takfiri, khawarij, teroris, anjing¬anjing neraka, ruwaibidhah (orang-orang dungu), mu'tazilah, bocah-bocah ingusan, pemikir linglung, dan lain-lain, adalah tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ciri khas buku tersebut adalah mencaci maki dahulu membahas kemudian. Buku tersebut disusun untuk membantah buku Imam Samudera, Aku Melawan Teroris. Namun sayangnya, Imam Samudera hanyalah batu loncatan, sebagian besar muatan buku tersebut berisi serangan terhadap semua gerakan Islam yang tidak sejalan dengan Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan kelompoknya, lebih khusus serangan untuk Ikhwan dan tokoh-tokohnya. Padahal mereka amat moderat, dan jelas-jelas tidak sejalan dengan Imam Samudera yang radikal. Ajaib memang, di satu sisi Ikhwan dituduh terlalu moderat, di sisi lain dituduh sebagai biang terorisme dunia. Apakag ada orang moderat yang radikal?
Sebenarnya tuduhan-tuduhan ini bukan barang baru, dan sudah kami bantah dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi edisi lengkap, (2004, Pustaka Nauka- Depok) jauh sebelum terbitnya buku Mereka Adalah Teroris! Ustadz Luqman bin Muhammab Ba'abduh adalah seorang keturunan Arab (Yaman) yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 13 Mei 1971 M (Ibid, hal. 31) Beliau tujuh tahun lebih tua dibanding kami. Dari sini bisa diketahui, ia dilahirkan jauh setelah syahidnya Sayyid Quthb (w.1966 M), dan syahidnya Hasan al Banna (w.1949 M), dan usianya baru 18 tahun ketika syahidnya Abdullah 'Azzam (w.1989 M), dan masih 16 tahun ketika Syaikh Ahmad Yasin mendirikan HAMAS (berdiri 1987 M), baru dua tahun ketika Yusuf al Qaradhawy meraih gelar doktornya tahun 1973 M dengan disertasi Fikih Zakatnya, artinya Ustadz ini terlalu muda dan berani, bahkan sangat-sangat berani, untuk 'menghabisi' para tokoh-tokoh tersebut. Memang, hanya orang besar yang bisa menghormati orang besar. Adapun orang berlagak besar, biasanya melihat orang lain dengan kerendahan.
Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam besabda:
"Bukan dari umatku orang yang tidak menghormati orang besar kami dan tidak menyayangi orang kecil kami dan tidak mengetahui (hak) orang alim kami." (HR. Ahmad dengan sanad hasan, Thabarani dan Hakim, tatapi dalam riwayatnya tertulis: "bukan dari kami". Syaikh al Albany menshahihkannya dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/116)
Ada sebuah syair: Wahai orang yang ingin menanduk gunung tinggi untuk menundukannya Sayangilah kepala(mu), dan bukan gunung itu
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata: Ingin terbang, tidak memiliki bulu burung, Ingin memanduk kambing hutan, tidak memiliki tanduk.
Kali ini, kami akan paparkan kesaksian para ulama sunnah masa kini tentang tokoh-tokoh Ikhwan tertuduh tersebut. Anda akan menemukan perbedaan mencolok ulama sunnah tersebut dengan kalangan yang justru mengaku mengikuti mereka. Kesaksian ini kami ambil dari buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi edisi lengkap dan juga buku yang sangat bagus, karya Al Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, Lc -hafizhahullah- yang berjudul Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006. Sebuah buku yang berhasil membuka banyak sekali kesalahan, kedustaan terhadap ulama, dan penyimpangan pemikiran (yang justru mudah mengkafirkan orang lain), dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh -hafizhahullah- yang tertera dalam buku Mereka Adalah Teroris! Maaf, istilah `kedustaan' bukanlah dari kami tetapi dari Ustadz Abduh Zulfidar sendiri terhadap Ustadz Luqman, sebagaimana tertera dalam Catatan Ketujuh (hal. 137 - 159). Kami sangat menganjurkan (tanpa berniat promosi) bagi pembaca setia Tatsqif untuk segera membaca dan menelaah baik buku tersebut. Selain dari dua buku tersebut kami juga memaparkannya dari sumber¬sumber lain.
Kesaksian Ulama Terhadap Imam Hasan al Banna -rahimahullah
1.Syaikh al Fadhil al 'Allamah Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -hafizhahullah
Ia adalah anggota Hai'ah Kibaril Ulama Arab Saudi yang tak diragukan kesalafiannya. Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Saya memohon kepada Anda, wahai Syaikh, maaf, sesungguhnya ada sebagian pemuda yang membid'a bid'ahkan Sayyid Quthb dan mereka melarang membaca buku-buku karya beliau. Dan, mereka juga mengatakan hal yg sama tentang Hasan al Banna. Mereka pun mengatakan sebagian ulama sebagai khawarij. Hujjah mereka adalah penjelas kesalahan-kesalahan ulama tersebut kepada manusia. Padahal mereka sekarang masih menuntut ilmu. Saya memohon jawab dari Anda demi menghilangkan keraguan ini pada kami, sehingga hal ini tidak menimpa banyak orang." Syaikh berkata -setelah menyebut beberapa dalil-, "Saya kataka sesungguhnya Sayyid Quthb dan Hasar Banna adalah termasuk ulama kaum muslimin dan tokoh da'wah Islam. Melalui da'wah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah dan manfaat kepada ribuan manusia. Partisipasi da'wah mereka berdua tidak mungkin diingkari. Itu sebabnya Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengajukan permohonan dengan nada lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdul Naser -semoga Allah membalas kejahatannya dengan balasan yang setimpal- agar menarik keputusan hukun gantung bagi Sayyid Quthb meski akhirnya permohonan itu ditolak.
Setelah mereka berdua (Hasar Banna dan Sayyid Quthb) dibunuh keduanya selalu disandangkan dengan gelar Asy Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan terania. Penyandangan gelar tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebar luas lewat media massa dan buku-buku tanpa protes dan penolakan. Buku mereka berdua diterima para ulama dan Allah Subhana. wa Ta'ala memberikan manfaat melalui da'wah mereka kepada hamba-hambaNya serta tidak ada seorang pun yang melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari 20 tahun. Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzy, Imam Ibnu 'Athiyah, Imam al Khathaby, Imam al Qasthalany, dan Imam lainnya pernah melakukan kesalahan." Sampai di sini dari Syaikh bin al Jibrin. (Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah Yang Terzalimi, hal. 218-219, edisi lengkap. Lihat pula, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Hal. 317- 319)
2. Kesaksian Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah (w. 1999 M/ 1420H).
Ulama terkenal, pakar Tafsir dan Hadits. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh dan dosen paska sarjana di Universitas Muhammad bin Su'ud, Saudi Arabia. Ia berkata, "Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan al Banna dipandang sebagai gerakan keislaman terbesar masa kini tanpa diragukan. Tidak seorang pun dari lawan- lawannya dapat mengingkari jasa gerakan ini dalam membangkitkan kesadaran di seluruh dunia Islam. Maka dengan gerakan ini ditumpahkan segala potensi pemuda Islam untuk berkhidmat kepada Islam, menjunjung syariatnya, meninggikan kalimahnya, membangun kejayaannya, dan mengembalikan kekuasaannya. Apa pun yang dikatakan mengenai peristiwa¬peristiwa yang terjadi atas jamaah ini namun pengaruh intelektualitasnya tidak dapat diingkari oleh siapa pun juga." (Istilah Asy Syahid asli dari Syaikh Manna' sendiri. Lihat Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506. Litera AntarNusa. Lihat juga Siapa Teroris? Siapa Khwarij?, hal. 316-317)
3. Kesaksian Mufti Besar Palestina Syaikh Hajj Muhammad Amin al Husaini -rahimahullah.
Ia berkata, "Sesungguhnya, sifat yang sangat menonjol pada diri AI Banna adalah Ikhlas yang mendalam, otak yang cemerlang, dan kemauan yang keras. Semua itu diperindah dengan kemauan yang kuat." (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da'wah Hasan al Banna, hal. 89). Ia juga berkata, "Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya." (Istilah Asy Syahid adalah asli dari Syaikh Amin al Husaini. Ibid, hal. 141-142)
4. Kesaksian mantan Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Makhluf rahimahullah.
Ia berkata, "Syaikh Hasan al Banna semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkannya bersama para shalihin- adalah salah seorang tokoh Islam abad ini. Bahkan ia merupakan pelopor jihad di jalan Allah dengan jihad yang sesungguhnya. Beliau berdakwah dengan menempuh manhaj yang benar, meniti jalan yang terang yang diterjemahkannya dari Al Qur'an, Sunnah Nabi, dan ruh tasyri' Islam. Beliau melaksanakan semua itu dengan penuh hikmah, hati-hati, dan sabar, dan 'azzam yang kuat sehingga da'wah islam menyebar ke seluruh penjuru Mesir dan negeri-negeri Islam serta banyak orang bergabung di bawah bendera da'wahnya." (Ibid, hal. 91)
5. Kesaksian Da'i terkenal, alim rabbani, al 'Allamah Abul Hasan Ali al Hasani an Nadwi -rahimahullah.
Ia berkata dalam pengantar buku Mudzakkirat Da'wah wa Da'iyah-nya Hasan al Banna , "Pengarang buku ini termasuk di antara pribadi-pribadi yang kami katakan memang sengaja dipersiapkan qudrah ilahiyah (kekuasaan Allah), dibentuk tarbiyah rabbaniyah, kemudian dimunculkan pada waktu dan tempat yang ditentukan.
Setiap orang yang membaca buku ini dengan dada bersih, sikap obyektif, jauh dari sikap fanatik, dan keras kepala pasti yakin bahwa pengarangnya adalah seorang yang memang dipersiapkan untuk dihibahkan (bagi umat manusia) yang bukan hanya tiba dan muncul begitu saja. Ia bukan sekadar produk sebuah lingkungan atau sekolah; bukan sekadar produk sebuah upaya keras, dan bukan produk dari sebuah percobaan. Ia merupakan salah satu produk dari taufik dan hikmah ilahiyah yang menaruh perhatian besar terhadap agama dan umat ini." (Hasan al Banna, Memoar Hasan al Banna untuk Da'wah dan Para Da'inya, kata pengantar)
Sebenarnya masih banyak pujian ulama dunia untuknya. Hal itu, merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu; seorang ulama memberikan pujian (sekaligus kritik) terhadap ulama lainnya. Selain nama-nama di atas masih banyak tokoh yang memberikan kesaksian positif seperti Sayyid Quthb, Muhammad al Ghazaly, Muhammad al Hamid, Abu Zahrah, Musthafa al Maraghi. Mahmud Syaltut, Muhibuddin al Khathib, Yusuf al Qaradhawy, Said Ramadhan al Buthy, Said Hawwa, Abdus Salam Yasin, Bahi al Khuli, KH. Agus Salim, Muhammad Natsir, dan lain-lain. Hanya satu yang kami minta dari Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah; tolong sodorkan satu nama saja dari jajaran ulama yang diakui dunia-(ingat! bukan diakui oleh kelompoknya saja)- pada masa Hasan al Banna masih hidup, baik yang berinteraksi dengannya atau tidak, yang memberikan tuduhan dan caracter asasination (pembunuhan karakter) terhadap dirinya; dengan menyebutnya sesat, khawarij, dan sejumlah istilah mengerikan yang biasa Anda gunakan itu. "Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: 'Tunjukanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al Baqarah: 111)
Sayyid Quthb
Sayyid Quthb -rahimahullah- dianggap tokoh kedua Ikhwan ' setelah Imam Al Banna, bahkan disebut sebagai ideolognya. Padahal beliau tidak pernah bertemu dengan Imam Al Banna secara langsung, hanya berinteraksi melalui risalah- risalahnya. Bahkan ia bergabung dengan Ikhwan termasuk 'belakangan' yaitu tahun 50-an, berarti beberapa tahun setelah wafatnya Imam Al Banna. Namun demikian, pengaruhnya begitu besar bagi Ikhwan, bahkan bagi kebanyakan aktivis pergerakan Islam dunia.
Di sini akan dipaparkan kesaksian positif para ulama dunia kepadanya, di tengah fitnah terorisme yang diarahkan ke Islam oleh barat, namun justru diaminkan oleh segelintir da'i Islam yang juga ikut menuduh aktifis Islam dan ulamanya ,sebagai teroris, termasuk Sayyid Quthb -rahmatullah 'alaih. Bahkan begitu tega mereka katakan bahwa Sayyid Quthb merupakan investor dan kontributor terbesar secara fikrah, atas berbagai aksi kekerasan atas nama Islam pada hari ini.
Berikut ini paparan para Ulama yang memberikan kesaksian positif tersebut, dan pembaca akan dapatkan betapa jauh berbeda antara para ulama ini dengan pandangan sinis dan skeptis dari kalangan bukan ulama. Sehingga layak kita bertanya, ulama mana yang diikutinya?
1.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin -rahimahullah.
Anggota Hai'ah Kibar al Ulama di Saudi Arabia. Silahkan lihat kesaksian dan pembelaan beliau terhadap Sayyid Quthb dan Hasan al Banna dalam rubrik Tsaqafah edisi 17, atau lihat kitab Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubhat wa,Rudud karya Al Ustadz Dr. Taufiq al Wa'iy,hal. 515-516. Cet.1, 2001M/1421H. Maktabah Al Manar Al Islamiyah, Kuwait.
2.Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah.
Juga anggota Hai'ah Kibar al Ulama. Ia telah membela Sayyid Quthb -rahimahullah- dari serangan Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhaly. Ia mengirim surat kepada Syaikh Rabi' sebagai nasehat untuknya. Silakan lihat surat tersebut - sangat panjang- yang sebagiannya telah kami terjemahkan dari kitab berjudul Sayyid Quthb karya Shalah Abdul Fattah al Khalidi, hal. 593-600, penerbit Darul Qalam, Damaskus, yang kami lampirkan dalam buku Al Ikhwan Al Muslimun Anugerah Allah yang Terzalimi, hal. 411-418 (edisi lengkap). Lihat juga Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubaht wa Rudud, hal. 508- 514.
3.Syaikh Abdullah bin Al Hasan al Qu'ud -rahimahullah.
Seorang ulama Saudi Arabia yang juga menjadi rujukan kaum Salafiyyin. Syaikh Ibnu Qu'ud telah menasehati Syaikh Rabi' bin Hadi al Madkhali.
Ia berkata, "Telah membawa berita kepadaku lebih dari seorang, tentang perkataanmu di suatu pertemuan baik-baik -semoga demikian adanya- bahwa engkau mengatakan buku Ma'alim fi Ath Thariq adalah buku terlaknat. Subhanallah!! Sebuah buku yang dibayar mahal oleh penulisnya (yakni Sayyiq Quthb) dengan mati di jalan Allah karena menentang penguasa komunis Jamal Abdul Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada masa itu. Padahal buku tersebut telah diedarkan oleh banyak pihak di Kerajaan Saudi ini selama bertahun¬tahun, di mana mereka adalah orang-orang berilmu dan berdakwah kepada Allah. Bahkan, banyak di antara mereka adalah para syaikh dari syaikh-syaikhmu. Dan, tidak ada seorang pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau katakan.
Akan tetapi, engkau ini -wallahu a'lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau bicarakan sebelum marah, terutama untuk tema-tema semacam: Jail Qur'ani Farid (Satu-satunya Generasi Da'wah), Jihad, Laa Ilaaha Illallah manhaj kehidupan, Jinsiyyatu Al Muslim Aqidatuhu (Warga negara/Identitas seorang Muslim adalah Aqidahnya), Isti'la Al Iman (Kesombongan/ Ketinggian Iman), Hadza Huwa Ath Tharid (Inilah Dia Jalan -yang benar), .... Dan lain-lain dimana maknanya secara keseluruhan adalah keberagamaanmu kepada Allah? Bagaimana engkau nanti jika berdiri di hadapan Allah ketika orang ini (Sayyid Quthb) mendebatmu? Padahal, orang ini telah bertahun-tahun lamanya secara berturut¬turut disifati oleh media massa Saudi sebagai syahidul Islam?" (Abduh Zlfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, hal. 325-326)
4.Syaikh al 'Allamah Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh -hafizhahullah.
Mufti Kerajaan Saudi Arabia saat ini, pemgganti Syaikh bin Baz. Syaikh ini mengkritik balik orang-orang yang mengkritik Sayyid Quthb.
Beliau berkata, "Kitab tafsir Fi Zhilalil Qur'an adalah kitab yang bermanfaat. Penulisnya menuliskannya agar Al Qur'an ini dijadikan sebagai undang-undang kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiyah, tetapi penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur'an yang dibutuhkan oleh seorang muslim dalam hidupnya ... Di sana ada orang yang mengkritik sebagian istikah yang terdapat dalam kitab ini. Namun, sesungguhnya hal-hal yang dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan Sayyid Quthb dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan di atas gaya bahasa pembaca. Inilah sebetulnya yang tidak dipahami oleh sebagian orang yang mengkritiknya. Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan mereka, dan kebenaran Sayyid Quthb." (Ibid, hal. 326)
Ucapan Syaikh ini mengingatkan kami kepada Andi Abu Thalib al Atsary (nama aslinya Andi Bangkit), penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwahul Muslimin, Penerbit Darul Qalam, pada hal. 73 catatan kaki no. 56 yang begitu tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengetahui seluk beluk bahasa Arab.
Kami tidak tahu, kira-kira apa yang akan dikatakan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh kepada Andi Abu Thalib, kalau dia tahu ada omongan pemuda Indonesia -tentu tidak menjadikan bahasa Arab sebagai pengantar komunikasinya- yang tega menyebut Sayyid Quthb tidak mengerti bahasa Arab. Padahal kritikan Syaikh di atas diarahkan untuk para pengkritik Sayyid Quthb dari kalangan orang Arab (tentu berbahasa Arab) bahkan syaikh-syaikhnya. Sungguh, amat berbeda antara ucapan orang berilmu seperti syaikh yang mulia ini, dibanding ucapan penuntut ilmu itu. Bahkan Syaikh Bakr Abu Zaid ketika membela Sayyid Quthb dari celaan. Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa perbedaan bahasa yang digunakan Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' seperti perbedaan bahasa antara mahasiswa dan anak I'dadi (persiapan bahasa), sehingga si anak I'dadi tidak begitu paham dengan bahasa si mahasiswa.(Ibid, hal. 322)
Itu perbandingan dari Syaikh Bakr Abu Zaid tentang kemampuan berbahasa Arab antara Sayyid Quthb dan Syaikh Rabi' (yang seorang guru besar, Profesor di Universitas Islam Madinah), lalu bagaimana perbandingan antara Sayyid Quthb dengan Andi Abu Thalib yang orang Indonesia, mantan santri di pesantren Jawa Timur dan kuliah di Sastra Jepang UI angkatan 1999M. Jangan sampai pembaca Tatsqif mengumpamakannya seperti perbedaan Mahasiswa dengan balita!
Maka, wahai pembaca, bukankah selayaknya ini disebut kesombongan penulis Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin, agar ia bisa berbangga- bangga dengan ilmunya di depan ulama.
Dari Jabir radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah 'Alaihi Shalatu was Salam bersabda: "Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakannya kepada para ulama dan melecehkan orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih-milih majlis dengan ilmu itu, barangsiapa melakukan hal tersebut maka api neraka, api neraka (baginya)." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al Baihaqi. Semuanya dari jalur Yahya bin Ayyub al Ghafiqi dari Ibnu Juraij, dari Abuz Zubair, dari jabir. Yahya initerpercaya. Asy Syaikhan dan lainnya berhujjah dengannya, dan tidak dianggap orang yang ganjil (syadz) dalam riwayat ini. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari Hudzaifah. Syaikh al Albany menshahihkan hadits ini dalam Shahih Targhib wa Tarhib 1/119)
5.Syaikh Manna' Khalil al Qaththan -rahimahullah.
Pakar Tafsir dan Hadits, dosen pasca sarjana di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Al Islamiyah, Riyadh. Mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Riyadh. Dia juga seorang anggota Ikhwan, seangkatan dengan Yusuf al Qaradhawy. Posisinya di Saudi yang demikian tinggi menunjukkan penerimaan ulama Saudi terhadap tokoh-tokoh Ikhwan, begitu pula Yusuf al Qaradhawy pernah menjadi anggota Majelis Tinggi Universitas Islam Madinah yang direktori Syaikh bin Baz.
Kami ringkas ucapan Syaikh Manna', dia berkata, "Di antara tokoh jamaah ini yang paling menoniol adalahseorang alim yang sulit dicari bandingannya dan pemikir cemerlang, Asy Syahid Sayyid Quthb, yang telah memfilsafatkan pemikiran Islam dan menyingkapkan ajaran¬ajarannya yang benar dengan jelas dan gamblang. Tokoh yang menemui Tuhannya, sebagai syahid dalam membela akidah ini telah meninggalkan warisan pemikiran sangat bermutu, terutama kitabnya dalam bidang tafsir yang diberi nama Fi Zhilalil Qur'an.
Kitab tersebut merupakan sebuah tafsir sempurna tentang kehidupan di bawah sinar Qur'an dan petunjuk Islam. Pengarangnya hidup di bawah naungan Qur'an yang bijaksana sebagaimana dapat dipahami dari penamaan kitabnya. Ia meresapi keindahan Qur'an dan mampu mengungkapkan perasaannya dengan jujur ....dst.
Kitab ini terdiri atas delapan jilid besar dan telah mengalami cetak ulang beberapa kali hanya dalam beberapa tahun saja, karena mendapat sambutan hangat dari kaum terpelajar (ilmuwan)." (Ibid, hal. 326-327. Manna Khalil al Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur'an, hal. 506-507)
6. Syaikh Umar Sulaiman al Asyqar. Seorang ulama Quwait, dosen Fakultas Syariah di Universitas Quwait
Dia berkata, "Sayyid Quthb -rahimahullah mendalami Islam secara orisinil sehingga beliau mencapai masalah secara mendasar seperti manhaj salaf, pemisahan total antara manhaj Al Qur'an dan filsafat, memurnikan sumber ajaran Islam dari lainnva. membatasi standar hukum hanya dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bukan pada pribadi atau tokoh tertentu. Sayyid Quthb menerapkan cara istimbath langsung dari nash seperti yang dilakukan salaf. Akan tetapi, sayangnya beliau tidak memiliki kesempatan mempelajari manhaj Islam. oleh karena itu, terkadana ada beberapa titik rancu dalam tulisannya meskipun beliau sudah berupaya mengkaji secara serius untuk berlepas dari kerancuan. Pastinya, Sayyid Quthb tidak melakukan hal tersebut karena hawa nafsunya." (Jasim al Muhalhil, Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Jawaban, Tuduhan, dan Harapan, hal. 124)
Siapa saja bisa berbuat salah sebab yang ma'shum hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Namun demikian seharusnya, kita berbaik sangka terhadap kerancuan yang ada tulisan atau pemikiran ulama, siapapun dia. Kesalahan yang dilakukan oleh Hasan al Banna, Sayyid Quthb, Yusuf al Qaradhawy, Muhammad al Ghazaly, kita yakini bukanlah kesalahan yang mereka niatkan dengan sengaja bertujuan merusak agama sebagaimana yang sering dituduhkan sebagian orang kepada mereka. Mungkin kesalahan itu sekedar lupa, atau kesalahan yang masih bisa dimaafkan atau masih bisa didiskusikan. Pastinya, bukan karena kejahatan dan penistaan terhadap ajaran agama.
Sekiranya tulisan ini dibaca oleh kalangan yang hobi menyerang tokoh-tokoh Ikhwan, kami berharap semoga Allah Jalla wa 'Ala membuka hati-hati mereka untuk melihat kebenaran dan objektifitas.
28 Desember, 2009
Islam Mengatakan : Let's Go Green
Islam Mengatakan : Let's Go Green
Sabtu, 04-10-2008 08:23:43 oleh: Ritapunto
Kanal: Opini
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini adalah karena ketidakmampuan manusia dalam membatasi perilaku konsumtifnya sehingga mengeksploitasi alam secara gila-gilaan, ditambah berkembangnya paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan dalih percepatan pembangunan, sains dan industri. Krisis ini sebenarnya bersumber pada kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem, sehingga Kesalahan ini menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia memandang hubungannya dengan alam.
Seorang muslim seyogyanya mencari jawaban pada Qur'an dan Sunnah atas krisis lingkungan yang sedang terjadi. karena Qur'an dan Sunnah mengatakan 'let's go green' dengan bahasanya yang indah. Mari kita simak riwayat beberapa hadist di bawah ini dengan terlebih dahulu membaca kutipan Qur'an:
Al-Qashash (28): 77
“.......dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ar-Ruum (31): 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Al-Baqarah (2): 205
“Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan"
Dari kutipan ayat diatas jelas tersirat bahwa Allah tidak menyukai manusia yang senang membuat kerusakan di muka bumi, baik di darat maupun di lautan. Bahwasannya bumi diberkahi kehidupan untuk bisa diambil manfaatnya adalah benar adanya tetapi bukan diambil dengan cara dirusak apalagi dieksploitasi secara serakah--perbuatan ini sepertinya memiliki implikasi hukuman di akherat. (hanya Allah yang tahu hukumannya apa?) Kemudian kita simak beberapa hadist, seperti ini bunyinya:
"Aku mendengar Rasulullah s.a.w. membisikkan pada telingaku ini, yaitu: Barangsiapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusinya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah." (Riwayat Ahmad)
Pahala seseorang yang menanam tumbuhan akan berlaku selama tumbuhan itu hidup dan memberikan kemanfaatan bagi seluruh mahluk di dunia ini.
Rasulullah bersabda:
"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menaburkan benih, kemudian dimakan oleh burung atau manusia, melainkan dia itu baginya merupakan sedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Di kesempatan lain, beliau bersabda:
"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan merupakan sedekah baginya, dan apa yang dicuri juga merupakan sedekah baginya dan tidak juga dikurangi oleh seseorang melainkan dia itu merupakan sedekah baginya sampai hari kiamat." (Riwayat Muslim)
Hadis tersebut menegaskan bahwa pahala itu akan terus berlimpah pada penanam tumbuhan selama tanaman atau benih yang ditaburkan itu dimakan atau dimanfaatkan, sekalipun yang menanam dan yang menaburkannya itu telah meninggal dunia; dan sekalipun tanaman-tanaman itu telah pindah ke tangan orang lain.
Para ulama berpendapat ada enam golongan sedekah yang manfaatnya akan terus mengalir meski manusia sudah meninggal:
sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat,
anak saleh yang mendoakan orang tua,
tanaman, biji yang ditaburkan, dan
binatang (kendaraan) yang disediakan untuk mempertahankan diri.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon pala. Laki-laki itu bertanya:
"Hai Abu Darda'! Mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedang pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya. Maka Abu Darda' menjawab: Bukankah aku yang akan memetik pahalanya kelak, di samping untuk makanan orang lain?"
Demikianlah Islam mengajak umatnya untuk mencintai lingkungannya, ekologi dan harmonisasi alam supaya Allah tidak murka, adapun perbuatan yang menjaga keberlangsungan ekosistem tetap sempurna, merupakan sedekah dan tiap-tiap sedekah memiliki pahala. Sungguh indah islam mengajarkan kehidupan kepada umatnya yang mau berpikir.
wallahu alam bishowab
Bekasi, Oktober 2008
Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10904
Sabtu, 04-10-2008 08:23:43 oleh: Ritapunto
Kanal: Opini
Krisis lingkungan yang terjadi saat ini adalah karena ketidakmampuan manusia dalam membatasi perilaku konsumtifnya sehingga mengeksploitasi alam secara gila-gilaan, ditambah berkembangnya paham materialisme, kapitalisme dan pragmatisme dengan dalih percepatan pembangunan, sains dan industri. Krisis ini sebenarnya bersumber pada kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem, sehingga Kesalahan ini menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia memandang hubungannya dengan alam.
Seorang muslim seyogyanya mencari jawaban pada Qur'an dan Sunnah atas krisis lingkungan yang sedang terjadi. karena Qur'an dan Sunnah mengatakan 'let's go green' dengan bahasanya yang indah. Mari kita simak riwayat beberapa hadist di bawah ini dengan terlebih dahulu membaca kutipan Qur'an:
Al-Qashash (28): 77
“.......dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ar-Ruum (31): 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Al-Baqarah (2): 205
“Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan"
Dari kutipan ayat diatas jelas tersirat bahwa Allah tidak menyukai manusia yang senang membuat kerusakan di muka bumi, baik di darat maupun di lautan. Bahwasannya bumi diberkahi kehidupan untuk bisa diambil manfaatnya adalah benar adanya tetapi bukan diambil dengan cara dirusak apalagi dieksploitasi secara serakah--perbuatan ini sepertinya memiliki implikasi hukuman di akherat. (hanya Allah yang tahu hukumannya apa?) Kemudian kita simak beberapa hadist, seperti ini bunyinya:
"Aku mendengar Rasulullah s.a.w. membisikkan pada telingaku ini, yaitu: Barangsiapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusinya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah." (Riwayat Ahmad)
Pahala seseorang yang menanam tumbuhan akan berlaku selama tumbuhan itu hidup dan memberikan kemanfaatan bagi seluruh mahluk di dunia ini.
Rasulullah bersabda:
"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menaburkan benih, kemudian dimakan oleh burung atau manusia, melainkan dia itu baginya merupakan sedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Di kesempatan lain, beliau bersabda:
"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan merupakan sedekah baginya, dan apa yang dicuri juga merupakan sedekah baginya dan tidak juga dikurangi oleh seseorang melainkan dia itu merupakan sedekah baginya sampai hari kiamat." (Riwayat Muslim)
Hadis tersebut menegaskan bahwa pahala itu akan terus berlimpah pada penanam tumbuhan selama tanaman atau benih yang ditaburkan itu dimakan atau dimanfaatkan, sekalipun yang menanam dan yang menaburkannya itu telah meninggal dunia; dan sekalipun tanaman-tanaman itu telah pindah ke tangan orang lain.
Para ulama berpendapat ada enam golongan sedekah yang manfaatnya akan terus mengalir meski manusia sudah meninggal:
sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat,
anak saleh yang mendoakan orang tua,
tanaman, biji yang ditaburkan, dan
binatang (kendaraan) yang disediakan untuk mempertahankan diri.
Diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon pala. Laki-laki itu bertanya:
"Hai Abu Darda'! Mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedang pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya. Maka Abu Darda' menjawab: Bukankah aku yang akan memetik pahalanya kelak, di samping untuk makanan orang lain?"
Demikianlah Islam mengajak umatnya untuk mencintai lingkungannya, ekologi dan harmonisasi alam supaya Allah tidak murka, adapun perbuatan yang menjaga keberlangsungan ekosistem tetap sempurna, merupakan sedekah dan tiap-tiap sedekah memiliki pahala. Sungguh indah islam mengajarkan kehidupan kepada umatnya yang mau berpikir.
wallahu alam bishowab
Bekasi, Oktober 2008
Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10904
22 Desember, 2009
PRESTASI KOTA DEPOK
(TAHUN 2006-2008)
#
Tender pengadaan barang dan jasa paling transparan se-Indonesia (versi KPK, Depkominfo, Bappenas).
# Administrasi Dana Alokasi Umum (DAU) terbaik se-Indonesia versi Departement Keuangan RI.Administrasi Kepegawaian Terbaik no. 2 se-Indonesia/ no. 1 se-Jawa Barat (versi BKN).
#
Angka Kematian Bayi terendah se-Indonesia (99 bayi/25.000 kelahiran hidup).
#
Angka Kematian Ibu terendah se-indonesia (15 orang ibu/25.000 kelahiran hidup).
#
Angka Harapan Hidup (AHH) tertinggi se-Jawa Barat, no. 2 se-Indonesia.
#
Kota Percontohan WHO pada penanggulangan penyakit tidak menular berbasis masyarakat.
#
RW Siaga pertama se-Indonesia & Juara 1 Kota Siaga se-Jawa Barat, seluruh RW telah menjadi RW Siaga.
# IPM (Index Pembangunan Manusia) tertinggi se-Jawa Barat dan no. 3 se-Indonesia, yaitu 78, 10.
#
#
Santunan Kematian Rp 2.000.000,-/jiwa untuk seluruh warga Depok.
#
IKM (Index Kepuasan Masyarakat) termasuk dalam kategori baik (71,17% dalam skala 100%) menurut standart MENPAN.
#
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat dari Rp 7.5 trilyun (tahun 2006) menjadi Rp 8.9 trilyun (tahun 2007).
#
Peningkatan PAD: Rp 68 milyar (2006), Rp 87 milyar (2007), dan Rp 90-an milyar (2008.
#
Masuknya Persikad ke Divisi Utama PSSI.
#
Meraih tiga medali emas di Sea Games Thailand 2007 (2 medali emas panahan, 1 medali emas dayung).
#
Meraih 3 medali perak, 2 medali perunggu pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun 2007.
#
Meraih 1 medali emas, 5 medali perak, 1 medali perunggu pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun 2008.
#
Juara 1 siswa berprestasi PLS Paket A Depdiknas tahun 2007.
#
Juara 1 & 2 siswa berprestasi PLS Paket B Depdiknas tahun 2008.
#
Juara 1 lomba PLS Paket A dan Juara Harapan 2 lomba PLS Paket C Tingkat Nasional tahun 2008.
#
Meraih Peringkat 3 dalam UN tingkat SMP/MTs dan SMU/SMK/MA se-Provinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2007/2008.
#
Juara 1 & 2 siswa berprestasi Paket B yang diadakan oleh PNFI.
#
Pengembangan buah Belimbing sebagai ikon Kota Depok.
#
Meraih predikat Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) terbaik se-Indonesia tahun 2007 & 2008 (Versi Meneg LHRI).
#
Pembangunan Terminal besar Type A di Jatijajar.
#
Pembangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
#
Selesainya Fly-Over Arif rahman Hakim.
#
Berdirinya Depo KRL terbesar se-Asia Tenggara.
#
Pembangunan 2 Ruas jalan TOL.
#
Keluar dari predikat Kota Terkotor.
#
Berdirinya Litbang Ikan Hias Air Tawar.
#
Pendaftaran siswa baru on line
(TAHUN 2006-2008)
#
Tender pengadaan barang dan jasa paling transparan se-Indonesia (versi KPK, Depkominfo, Bappenas).
# Administrasi Dana Alokasi Umum (DAU) terbaik se-Indonesia versi Departement Keuangan RI.Administrasi Kepegawaian Terbaik no. 2 se-Indonesia/ no. 1 se-Jawa Barat (versi BKN).
#
Angka Kematian Bayi terendah se-Indonesia (99 bayi/25.000 kelahiran hidup).
#
Angka Kematian Ibu terendah se-indonesia (15 orang ibu/25.000 kelahiran hidup).
#
Angka Harapan Hidup (AHH) tertinggi se-Jawa Barat, no. 2 se-Indonesia.
#
Kota Percontohan WHO pada penanggulangan penyakit tidak menular berbasis masyarakat.
#
RW Siaga pertama se-Indonesia & Juara 1 Kota Siaga se-Jawa Barat, seluruh RW telah menjadi RW Siaga.
# IPM (Index Pembangunan Manusia) tertinggi se-Jawa Barat dan no. 3 se-Indonesia, yaitu 78, 10.
#
#
Santunan Kematian Rp 2.000.000,-/jiwa untuk seluruh warga Depok.
#
IKM (Index Kepuasan Masyarakat) termasuk dalam kategori baik (71,17% dalam skala 100%) menurut standart MENPAN.
#
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat dari Rp 7.5 trilyun (tahun 2006) menjadi Rp 8.9 trilyun (tahun 2007).
#
Peningkatan PAD: Rp 68 milyar (2006), Rp 87 milyar (2007), dan Rp 90-an milyar (2008.
#
Masuknya Persikad ke Divisi Utama PSSI.
#
Meraih tiga medali emas di Sea Games Thailand 2007 (2 medali emas panahan, 1 medali emas dayung).
#
Meraih 3 medali perak, 2 medali perunggu pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun 2007.
#
Meraih 1 medali emas, 5 medali perak, 1 medali perunggu pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional tahun 2008.
#
Juara 1 siswa berprestasi PLS Paket A Depdiknas tahun 2007.
#
Juara 1 & 2 siswa berprestasi PLS Paket B Depdiknas tahun 2008.
#
Juara 1 lomba PLS Paket A dan Juara Harapan 2 lomba PLS Paket C Tingkat Nasional tahun 2008.
#
Meraih Peringkat 3 dalam UN tingkat SMP/MTs dan SMU/SMK/MA se-Provinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2007/2008.
#
Juara 1 & 2 siswa berprestasi Paket B yang diadakan oleh PNFI.
#
Pengembangan buah Belimbing sebagai ikon Kota Depok.
#
Meraih predikat Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) terbaik se-Indonesia tahun 2007 & 2008 (Versi Meneg LHRI).
#
Pembangunan Terminal besar Type A di Jatijajar.
#
Pembangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
#
Selesainya Fly-Over Arif rahman Hakim.
#
Berdirinya Depo KRL terbesar se-Asia Tenggara.
#
Pembangunan 2 Ruas jalan TOL.
#
Keluar dari predikat Kota Terkotor.
#
Berdirinya Litbang Ikan Hias Air Tawar.
#
Pendaftaran siswa baru on line
20 Desember, 2009
Pengajian Ba'da Subuh Minggu Ketiga Bulan Desember
Assalamu'alaikum WW,
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Alhamdulillah antusias jama'ah Baitusyakuur meningkat, Pengajian kali ini bersama KH Zarkasih, dengan tema Tahun Baru Islam (Hijriah).
Mempelajari makna hijrahnya Nabi dari Mekah Ke Madinah, setelah 13 tahun berdakwah di Mekah, Berpindah dari hal yang buruk kepada hal yang baik.
Yang dilakukan oleh Nabi setelah tiba di Madinah adalah membangun Masjid, masjid Quba namanya,selajutnya mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin.
pada bulan ini juga disunahkan berpuasa sesuai dengan hadits Nabi berikut ini,
Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa. Rasulullah SAW bertanya, "Hari apa ini? Mengapa kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa."Rasulullah SAW bersabda, "Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian." (HR. Abu Daud).
Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum sempat melakukannya):
Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa 'asyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata, "Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam." Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah wafat. (HR Muslim, Abu Daud).
Dari kajian tersebut ada kesimpulan dari ustadz,Mengambil makna apa yang dilakukan oleh Nabi yaitu mempersaudarakan Kaum Anshor dan Muhajirin bahwa setiap Muslim adalah saudara maka dari itu hendaknya Jama'ah saling memperhatikan dalam kebaikan saling menjaga aqidah.
Demikian sekilas kajian yang di sampaikan oleh Ustadz zarkasih.
Kita mohon kepada ALLAH agar kita selalu di dalam perlindunganNYA.
amiin Ya robbal alamiin
IK
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Alhamdulillah antusias jama'ah Baitusyakuur meningkat, Pengajian kali ini bersama KH Zarkasih, dengan tema Tahun Baru Islam (Hijriah).
Mempelajari makna hijrahnya Nabi dari Mekah Ke Madinah, setelah 13 tahun berdakwah di Mekah, Berpindah dari hal yang buruk kepada hal yang baik.
Yang dilakukan oleh Nabi setelah tiba di Madinah adalah membangun Masjid, masjid Quba namanya,selajutnya mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin.
pada bulan ini juga disunahkan berpuasa sesuai dengan hadits Nabi berikut ini,
Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa. Rasulullah SAW bertanya, "Hari apa ini? Mengapa kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa."Rasulullah SAW bersabda, "Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian." (HR. Abu Daud).
Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum sempat melakukannya):
Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa 'asyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata, "Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam." Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah wafat. (HR Muslim, Abu Daud).
Dari kajian tersebut ada kesimpulan dari ustadz,Mengambil makna apa yang dilakukan oleh Nabi yaitu mempersaudarakan Kaum Anshor dan Muhajirin bahwa setiap Muslim adalah saudara maka dari itu hendaknya Jama'ah saling memperhatikan dalam kebaikan saling menjaga aqidah.
Demikian sekilas kajian yang di sampaikan oleh Ustadz zarkasih.
Kita mohon kepada ALLAH agar kita selalu di dalam perlindunganNYA.
amiin Ya robbal alamiin
IK
13 Desember, 2009
Pengajian Ba'da Subuh Minggu Pertama
Assalamu'alaikum WW,
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Pengajian kali ini bersama KH A Damanhuri ZA
kajiannya adalah Tafsir di mulai dari Surat Alfatihah dan membahas tetang nama lain dari surat Al-fatihah dan keutamaan-keutamannya.
Pembahasan ini akan panjang karena kita akan membahas 30 juz alquran,
Insya Allah ini semua akan mendekatkan kita kpada ALLAH SWT.
amiin Ya robbal alamiin
wasalam
ik
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Pengajian kali ini bersama KH A Damanhuri ZA
kajiannya adalah Tafsir di mulai dari Surat Alfatihah dan membahas tetang nama lain dari surat Al-fatihah dan keutamaan-keutamannya.
Pembahasan ini akan panjang karena kita akan membahas 30 juz alquran,
Insya Allah ini semua akan mendekatkan kita kpada ALLAH SWT.
amiin Ya robbal alamiin
wasalam
ik
Pengajian Ba'da Subuh Minggu Kedua
Assalamu'alaikum WW,
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Pengajian kali ini di bawakan oleh Ustadz Sabar Siswoyo,
Yang inti dari kajiannya adalah keutamaan-keutaman menuntut ilmu, serta pembagian ilmu pengetahuan,
Insya Allah ini semua akan menjadi motivasi buat kita semua untuk lebih giat lagi menuntut ilmu,
amiin Ya robbal alamiin
wasalam
ik
Alhamdulilllah,
Puji Syukur Kepada ALLAH swt
Sholawat dan salam Kepada Nabi Muhammad Saw,
Pengajian kali ini di bawakan oleh Ustadz Sabar Siswoyo,
Yang inti dari kajiannya adalah keutamaan-keutaman menuntut ilmu, serta pembagian ilmu pengetahuan,
Insya Allah ini semua akan menjadi motivasi buat kita semua untuk lebih giat lagi menuntut ilmu,
amiin Ya robbal alamiin
wasalam
ik
07 Desember, 2009
Pengajian Hari Sabtu bersama ust Harry Mukti
Assalamu’alaikum WW,
Bismillahirrohmanirrohiim, Subhannalloh , Alahmdulillah,
Segala puji bagi ALLAH SWT ata segala rahmat dan karuniannya kepada kita semua,
Solawat dan salam Kepada Suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW,
Atas izin ALLAH SWT , pada hari sabtu 5 Desember 09 / pukul 10:00 s/d Dzuhur berjamaah di Masjid Baitusyakuur, telah berjalan dengan baik dan lancar acara pengajian dengan penceramah Ustadz Harry Mukti, dengan tema ”Mudik ke Kampung Surga” yang inti dari materi yang di sampaikan adalah, tentang Dahsyat nya siksa neraka dan indahnya Surga, tinggal pilihan kita mau kemana kesurga atau neraka, jika ingin kesurga kita harus Jalankand dan ikuti ajaran Islam secara Kaffah (meyeluruh) jangan setengah-setengah .
Sesuai dengan firman ALLAH SWT berikut ,
“Wahai hamba-hamba yang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaaffah (menyeluruh) dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan (karena) sesungguhnya dia adalah musuhmu yang nyata” (Q.S. al-Baqarah 2: 208)
Ibn Jarir ath-Thabary, ulama tafsir abad 3 H, dalam tafsir Jami’ al-Bayan-nya menyebut makna kaaffah ini dengan jami’an (kesemuanya) dan dalam kamus Indonesia, keseluruhannya atau secara total. Dalam konteks ayat diatas, Allah memerintahkan kepada hamba-hamba yang beriman untuk menjalankan syariat Islam secara total dan menyeluruh tanpa memilah dan memilih ajaran didalamnya.
Kita menjalankan perintah ALLAH keseluruhan yang berhubungan dengan Allah (HabluminaLLAH) seperti sholat , zakat , puasa , haji, dll dan yang berhubungan dengan Manusia (Habluminannas) Berekonomi , berpolitik , pendidikan , budaya , sosial, dll , semua harus dijalankan dengan berdasar kepada Al quran dan Hadits ,,, karena Semua sudah ada dalam Ajaran Islam dan sudah di contohkon oleh Nabi Muhammad SAW. Begitulah inti dari ceramah yang di sampaikan oleh Ustadz.
Walaupun kami dari panitia tidak mengundang banyak Jama’ah tapi Alhamdulillah antusias dari Jama’ah sekitar Masjid Baitusyakuur sangat baik, terbukti dengan banyak nya jama’ah yang hadir di tempat kami,
Tetapi kami dari pengurus tetap merasa ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami atas nama pengurus, mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besar nya kepada seluruh Jama’ah dan juga terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh jama’ah dan pengurus serta para donator yang telah membantu kami, dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Pak Slamet dan keluarga yang secara penuh telah membantu kami.
Billahi taufik wal hidayah
Assalamu’alaikum WW
Pengurus Mushollah Baitussyakuur
Langganan:
Postingan (Atom)